Edisi 1830
Bismillah wa sholatu wassalam ‘ala rasululillah, amma ba’du. Menebarkan salam merupakan sunnah yang belakangan ini nampak mulai ditinggalkan oleh kaum muslimin, baik dengan cara tidak mengucapkan salam antar sesama muslim ketika bertemu, atau mengucapkan salam dengan lafaz-lafaz yang tidak Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam ajarkan
Bagaimana ucapan salam yang diajarkan Nabi?
Ibadah dapat bernilai pahala apabila berlandaskan dua hal, yaitu niat yang ikhlas hanya mengharapkan pahala dari Allah ta’ala dan melakukan ibadah sesuai yang dicontohkan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam. Salam merupakan bentuk ucapan tahiyyah (penghormatan) yang sudah disyariatkan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam (Syarah Riyadhush Shalihin li Ibni Utsaimin 4/380) Maka mengucapkan salam merupakan ibadah dan hal ini sudah dicontohkan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika seseorang bertemu dengan saudara semuslim, maka ucapkanlah assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh” (H.R. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Syekh Albani rahimahullahu)
Apa makna ucapan salam?
Ada beberapa penjelasan ulama terkait ucapan salam yang Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Diantaranya penjelasan Syekh Utsaimin rahimahullahu, bahwa makna dari ucapan salam adalah doa keselamatan dari segala bahaya, maka ketika kita mengucapkan “assalaamu’alaika” kepada seorang, maknanya adalah kita mendoakan orang tersebut agar Allah ta’ala memberikan keselamatan dari segala bahaya, penyakit dan gangguan kejiwaan, keburukan manusia, penyakit-penyakit hati dan juga keselamatan dari siksa neraka. Karena lafaz salam bermakna umum yang berisi doa kepada seorang muslim agar selamat dari segala bahaya (Syarah Riyadhush Shalihin li Ibni Utsaimin 4/380)
Hukum mengucapkan dan menjawab salam
Hukum mengucapkan salam ketika seseorang bertemu sesama muslim dijelaskan oleh Syekh Utsaimin rahimahullahu bahwa hukumnya menurut pendapat yang lebih kuat adalah sunnah mu’akkad (Fatawa nuur ‘ala darb lil ‘utsaimin, 2/24). Beliau rahimahullahu juga menjelaskan dalam Liqo albaab al maftuh 3/145, menjawab salam hukumnya adalah wajib, karena Allah ta’ala berfirman, “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)” (Q.S. An-Nisa: 86). Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan ayat yang mulia ini yaitu, “Jika seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah dengan yang lebih baik atau yang semisal. Balasan yang lebih baik adalah sesuatu yang sifatnya dianjurkan, akan tetapi balasan yang semisal adalah wajib” (Tafsir ibnu katsir, 2/368)
Keutamaan menyebarkan salam
Beberapa keutamaan menyebarkan salam, diantaranya:
- Menjadi sebab masuk surga
Dari ‘Abdullah bin Salam radiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, tebarkanlah salam, bagikanlah makanan, dan salatlah pada waktu malam ketika orang-orang sedang tidur, niscaya kalian pasti masuk surga dengan selamat.” (H.R. Tirmidzi, disahihkan oleh Syekh Albani rahimahullahu)
- Menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (H.R. Muslim)
3) Salah satu amalan dalam islam yang paling baik
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali” (H.R. Bukhari)
Adab–adab dalam menyebarkan salam
Beberapa adab dalam menyebarkan salam diantaranya:
- Mengucapkan salam dengan lafaz yang lebih lengkap.
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu anhu dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: As-salâmu ‘alaikum (semoga keselamatan dari Allah tercurah untukmu). Lalu Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) sepuluh kebaikan”. Kemudian datang orang lain kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: As-salâmu‘alaikum warahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat dari Allah tercurah untukmu). Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) dua puluh kebaikan)”. Kemudian datang lagi orang lain kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: Assalâmu‘alaikum warahmatullahi wabarakâtuh (semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu). Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) tiga puluh kebaikan)”
- Mengucapkan salam terlebih dahulu.
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: Wahai Rasulullah, ketika ada dua orang laki-laki bertemu, siapa diantara mereka yang harus memulai salam? Nabi bersabda, “Orang yang memulai salam maka dia yang lebih utama di sisi Allah.” (H.R. Tirmidzi, disahihkan oleh Syekh Albani rahimahullahu)
- Mengucapkan salam baik kepada yang dikenal ataupun tidak dikenal
Dari Abdullah bin Amr, ada seseorang bertanya kepada Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam mengenai islam bagaimana yang baik, beliau bersabda, “Memberikan makan, serta mengucapkan salam pada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal” (H.R. Bukhari).
Terkait hadis diatas, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani memberikan penjelasan, bahwa mengucapkan salam yang dimaksud (baik kepada yang dikenal atau tidak) hanya diucapkan kepada sesama muslim dan tidak boleh memulai salam kepada orang-orang kafir (Fathul bari, 11/21). Pendapat dari beliau, sejalan dengan salah satu hadis Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Janganlah kalian memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani…” (H.R. Tirmidzi, disahihkan oleh Syekh Albani rahimahullahu)
- Mengucapkan salam terlebih dahulu dari yang muda, dari yang sedang berjalan, dan dari yang jumlahnya lebih sedikit
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya mengucapkan salam (lebih dahulu) dari muslim yang lebih muda kepada muslim yang lebih tua, dari muslim yang sedang berjalan kepada ,muslim yang sedang duduk, dan muslim yang lebih sedikit (jumlahnya) kepada muslim yang lebih banyak. (H.R. Bukhari)
Penutup
Sebagai penutup, mari kita teladani sebuah contoh yang mulia dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam praktik menyebarkan salam. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Mereka para sahabat pernah bersama-sama (saat berjalan) lalu mereka menemui pohon sehingga terpisah menjadi kelompok yang berada di kanan pohon dan di kiri pohon, lalu saat mereka berjumpa kembali mereka saling mengucapkan salam kepada yang lainnya. (H.R. Bukhari dalam Al- Adabul Mufrod)
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah dan taufik-Nya, untuk senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Nabi-Nya, termasuk untuk menyebarkan salam sesuai dengan apa yang sudah Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam ajarkan dalam sunnah-sunnahnya. Washallalahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wassalam.
Ditulis : dr. Dimas Setiaji (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.